Pages

Rabu, 06 April 2011

Subuh di Surau Kami

"tabuh berbunyi.. gemparkan alam sunyi, berkumandang suara adzan.. mendayu, memecah sepi. selang seling sahutan ayam. tetapi insan, kalaupun ada hanya mata yang celik dipejam lagi. hatinya penuh benci, berdengkurlah kembali...." (Raihan-Peristiwa Subuh)

sebaris syair lagu Raihan tadi sangatlah menyentuh hati. betapa yang dikatakan lagu tadi benar adanya.. Assholaatu khoirun minannaum!. inilah kalimat pamungkas dari sang mu'adzin ketika lantunan adzan sholat subuh selesai dikumandangkan. sholat itu lebih baik daripada tidur kalian! bahwasannya Yang Maha Kuasa sedang memanggil kalian, hambaNya yang masih berbalut selimut dan menyambung dengkuran. 
kalian lah, wahai para manusia. makhluk yang paling tidak konsisten. kalian tahu, bahwasannya Dia lah yang memberi nafas kalian itu, Dia lah yang memberikan kalian rejeki yang kalian makan tiap hari. Dia lah yang berada dibalik semua nikmat yang kalian rasakan sejak lahir sampai detik ini. kalau kalian menyangkalnya, kalian telah menjadi insan yang munafik.

sholat subuh, hanya 2 rakaat saja. hanya 2 rakaat, wahai saudaraku! tak lebih dari 5 menit untuk melakukannya. 5 menit saja, Allah meminta kita bersujud padaNya. masih saja engkau malas untuk bangun? begitu pentingnya kah, tidur kalian itu? lebih nikmat mana, tidur kalian atau bersujud pada Rabb kalian?
pikiran saya kemudian melayang ke sebuah surau di desa kecil, desa tempat saya dilahirkan. saat maghrib, isya, surau amatlah ramai. tapi..coba tengok saat subuh. kemana perginya orang-orang? yang saya jumpai di surau hanyalah Bapak saya, Pakdhe saya, adik laki-laki saya, dan di shof putri ada tiga mbah mbah yang memang selalu istiqomah dalam sholat berjamaah di surau itu. bahkan kadangkala, jika mbah mbah tadi sedang sakit (lantaran usia), hanya tinggal Bapak, adik, dan saya serta satu mbah. meringis menahan kecewa, kami berempat melaksanakan sholat berjama'ah. bahkan tidak jarang pula Bapak sebagai mu'adzin sekaligus imam, lantaran adik saya molor bangunnya.
jarak surau yang hanya terpisah satu rumah dari rumah saya, membuat saya sekeluarga jarang sholat di rumah.  jika maghrib isya saya senang banyak orang di surau, maka saat subuh, saya baru merasakan bahwa surau ini sangatlah sepi. padahal ini rumah Allah, baitullah. kalah ramai dengan pasar tradisional yang pagi-pagi buta sudah ramai pedagang dan pembeli. bukankah di setiap bangun kita, ada perjanjian tak tertulis antara kita dan Dia? maka laksanakanlah kewajiban kalian.
saya lantas berfikir, apakah benar surau hanyalah untuk yang sudah tua alias dekat dengan ajal saja? bukankah ajal itu bisa datang sewaktu-waktu tanpa mengenal usia sudah tua atau belum? kenapa ke kampus saja on time karena takut sama dosen, tapi menghadap Dia saja ogah-ogahan? "dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepadaNya dengan sepenuh hati" (QS. Al Muzammil : 8).
ingatlah..bahwa amalan pertama yang diadili saat hari pembalasan nanti adalah sholat kita. jangan anggap remeh, jadikan sholat 5 waktu kita sebagai prioritas diatas segalanya. karena Dia yang lebih penting bagi hidup kita, hidup kita tergantung pada kemurahanNya. bukan demikian?? ^^

0 komentar:

Posting Komentar