Pages

Senin, 05 November 2012

No Religion? Oh No!

Pernah menjumpai orang yang mengaku secara terang-terangan tidak punya agama? Sebelumnya, maafkan saya karena membuat postingan yang rawan protes (menyangkut SARA, mungkin). Namun negara Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila dimana sila pertama mengakui adanya Tuhan. Dan semasa saya kecil, ada lima agama yang diakui di negara ini. Sekarang sepertinya nambah satu, I don't really sure. Pun jua ketika di KTP, selalu ditanyakan: agama nya apa? Masa' mau bilang, atheis. Bahkan setahu saya, mereka-mereka yang atheis pun tetap mencantumkan satu agama di KTP nya. It's so funny! 

Jumat, 02 November 2012

Kronologi Part#3 (Finish)


Di dalam ruangan tersebut sudah ada seorang bapak berkacamata yang siap mendengarkan celotehku selama setengah jam. Selama itu, beliau dengan nada yang teramat datar, menanyakan bermacam-macam pertanyaan yang harus kujawab dengan sangat bijaksana. Jujur, tidak mengada-ada, dan mengesankan. Disinilah aku sungguh merasa berterimakasih pada organisasi yang selama dua setengah tahun aku aktif di dalamnya. Sebab, bapak ini lebih tertarik pada sisi kepemimpinan dan kemandirianku dalam menghadapi berbagai permasalahan. Aku sungguh beruntung, sebab aku dipertemukah dengan lembaga kerohanian Islam di fakultas MIPA yang memberikan lebih dari cukup, sebuah arti dari apa itu kepemimpinan dan bagaimana aku menjadi pemimpin yang seharusnya. Disamping itu, bapak ini juga menanyakan tentang beberapa kebudayaan Indonesia yang aku ketahui. Saat SMA, aku mengikuti seni tari yang bisa kuceritakan padanya. Lihat bukan? Betapa semua hal yang sudah terjadi padaku memiliki akibat. Akibatnya adalah aku bisa memberikan sebuah fakta bahwa aku pernah melakukan ini itu bukannya menjawab bahwa aku tidak tahu apa itu pemimpin, aku tidak sempat mempelajari budaya Indonesia, aku hanya belajar dan belajar tentang pelajaran sekolah, dan alasan-alasan lain yang bisa membuatku kehilangan kesempatan emas ini.

Kronologi Part#2


Beberapa sahabatku selalu berdiri disampingku, memberikan semangat dan saran. Mereka selalu menanyakan perkembangan berkas beasiswaku setiap waktu. Dan yang paling utama adalah Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhanku. Semakin aku dekatkan diriku padaNya melalui ibadah-ibadahku seperti sholat, puasa sunnah dan bersedekah. Mungkin terdengar seperti aku melakukan ibadah tersebut hanyalah untuk beasiswa ini semata. Padahal, aku menyadari bahwa adanya beasiswa ini hanyalah perantara agar ada suatu titik balik dalam hidupku dimana aku meningkatkan ibadahku kepadaNya. Tanpa adanya beasiswa ini, mungkin ibadah-ibadahku akan seperti dulu-dulu yang hanya biasa-biasa saja.

Aku berhasil mengirim berkas beasiswa tersebut tepat waktu, dengan banyak sekali rintangan yang menghadang mulai dari susahnya mencari dosen yang bersedia memberikan surat rekomendasi kepadaku sampai rasa khawatir yang berlebihan pada skor TOEFL ITP yang disyaratkan minimal 450. Namun sekali lagi, aku mengucap syukur kepada Allah yang telah mengijinkanku untuk menjalani langkah awal ini dengan lancar. Dan akupun tetap menjaga agar berita bahwa aku sedang mengirim berkas beasiswa IELSP hanya diketahui oleh orang-orang yang terbatas. Karena ini barulah langkah awal, langkah kecil yang belum ada apa-apanya. Aku tidak mau jikalau aku sudah gembar-gembor tentang ini ke semua orang dan akhirnya adalah aku tidak lolos seleksi beasiswa. Ini akan sangat memalukan bagiku, oleh karenanya aku juga berbicara pada orangtua, keluarga, dan para sahabatku untuk tetap menjaga berita ini.

Kronologi Part#1


Aku memang pemimpi. Aku memimpikan banyak hal, mulai dari mimpi yang masuk logika hingga mimpi yang berpotensi mendapat cibiran banyak orang. Sebelumnya perkenalkan, namaku Sofyani Wulansari dan kalian bisa memanggilku Sofy. Aku berasal dari sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur. Sejak kecil, aku hidup dan tumbuh di tengah lingkungan pedesaan. Orangtua ku bukanlah orang yang kaya raya namun aku bersyukur mereka adalah orang yang kaya hati. Mereka masih mau menyempatkan diri membantu orang lain yang lebih susah hidupnya dari mereka. Bapak hanyalah seorang peternak sapi yang penghasilannya pun tidak menentu, tergantung harga sapi di pasaran. Ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.