Pages

Jumat, 02 November 2012

Kronologi Part#3 (Finish)


Di dalam ruangan tersebut sudah ada seorang bapak berkacamata yang siap mendengarkan celotehku selama setengah jam. Selama itu, beliau dengan nada yang teramat datar, menanyakan bermacam-macam pertanyaan yang harus kujawab dengan sangat bijaksana. Jujur, tidak mengada-ada, dan mengesankan. Disinilah aku sungguh merasa berterimakasih pada organisasi yang selama dua setengah tahun aku aktif di dalamnya. Sebab, bapak ini lebih tertarik pada sisi kepemimpinan dan kemandirianku dalam menghadapi berbagai permasalahan. Aku sungguh beruntung, sebab aku dipertemukah dengan lembaga kerohanian Islam di fakultas MIPA yang memberikan lebih dari cukup, sebuah arti dari apa itu kepemimpinan dan bagaimana aku menjadi pemimpin yang seharusnya. Disamping itu, bapak ini juga menanyakan tentang beberapa kebudayaan Indonesia yang aku ketahui. Saat SMA, aku mengikuti seni tari yang bisa kuceritakan padanya. Lihat bukan? Betapa semua hal yang sudah terjadi padaku memiliki akibat. Akibatnya adalah aku bisa memberikan sebuah fakta bahwa aku pernah melakukan ini itu bukannya menjawab bahwa aku tidak tahu apa itu pemimpin, aku tidak sempat mempelajari budaya Indonesia, aku hanya belajar dan belajar tentang pelajaran sekolah, dan alasan-alasan lain yang bisa membuatku kehilangan kesempatan emas ini.


Dan waktu 30 menit itupun usai dengan doa bapak pewawancara, beliau mendoakan supaya aku diterima sebagai grantee beasiswa IELSP ini. Aku meng-amin-kan doa beliau, dan segera berlalu keluar ruangan dengan suasana yang amat lega. Gemuruh di dadaku hilang seketika, digantikan dengan semilir angin yang seolah menyapanya. Sangat menyejukkan dan menentramkan, membuatku ingin selalu tersenyum. Di tengah-tengah perjalanan pulang meninggalkan aula, aku menelepon ibuku dan mengabarkan bahwa tes wawancaraku berlangsung lancar. Di ujung sana, terdengar hamdalah yang beliau ucapkan dan beliau juga mendoakan hal serupa sama seperti yang bapak pewawancara tadi ucapkan. Untuk yang kedua kalinya, aku amin-kan doa tersebut. Mengutip dari seseorang, bahwa doa itu ibarat pilinan-pilinan putih yang menguntai indah menuju langit diatas sana. Jauh sekali, dan kemudian sampai pada Allah sehingga jangan pernah menganggap remeh sebuah doa. Karena semua doa pasti didengar olehNya. Dan pasti dikabulkan dengan tiga kemungkinan: sesuai dengan doa yang dipanjatkan, dikabulkan namun ditangguhkan waktunya dan diganti dengan yang jauh lebih baik.

Tepat 16 hari setelah tanggal wawancara, berbagai update muncul di grup jejaring sosial tersebut. Lebih dari lima peserta telah mendapat kabar bahwa mereka telah dihubungi pihak IIEF dan mendapat kepastian bahwa mereka lolos sebagai grantee IELSP 2012. Aku berubah menjadi sedih, segala macam optimisme yang kubangun sedari awal ternyata runtuh juga. Aku tak kuasa menahan segala macam kemungkinan buruk di tengah harapanku. Aku terus-menerus memikirkannya hingga beberapa bulir air mata ini terjatuh. Ibu lagi-lagi menguatkanku melalui telepon, namun aku sendiri belum bisa menerima kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi padaku. Aku tunggu sampai keesokan harinya, tak kunjung ku dengar telepon genggamku berdering. Hari itu Kamis, 29 Desember 2011 pukul tiga sore. Aku yang terduduk lemas setelah menyelesaikan tugas resume mata kuliah Pengantar Model Linier-ku, hanya malas-malasan merapikan buku-buku dan bersiap ke kampus untuk mengikuti mata kuliah selanjutnya. Memang, aku sudah mencoba untuk tenang dan ikhlas jika takdir berkata lain. Akupun juga meyakinkan diri sendiri bahwa jika aku tidak lolos beasiswa ini, aku tidak akan mengurangi kualitas ibadahku. Hingga akhirnya aku melihat ada telepon masuk, dan setelah kuangkat ternyata:

“Halo, dengan Sofyani Wulansari? Congratulation, kamu terpilih sebagai salah satu grantee IELSP!”

Rasa-rasanya aku mati rasa. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku bersimpuh dalam-dalam, mengucap syukur sebanyak yang aku bisa ucapkan kepadaNya. Kau, Allah, ternyata tidak menangguhkan keinginanku, tidak pula menggantinya dengan yang lain, namun kau mengabulkannya. Kau kabulkan keinginan anak desa yang ingin paling tidak sekali saja merasakan naik pesawat ke luar negeri karena beasiswa. Bapak ibu setelah ku kabari berita bahagia ini pun tak kuasa menahan air matanya. Salah satu anak mereka, mampu menginjakkan kakinya ke luar negeri (tempat antah berantah yang menurut orang-orang, menjanjikan pengalaman yang sangat luar biasa). America, I’m Coming!


4 komentar:

Alif Kholifatul Jannah mengatakan...

Assalamualaikum sofi..skrg lgi di amerika ni brati? pertukaran pelajar?

Sofyani Wulansari mengatakan...

Waalaikumsalam, sudah pulang mbk sejak 6 oktober llu

Unknown mengatakan...

cool . . . . ^___^
so inspiring mbak sofy . . .:)

Sofyani Wulansari mengatakan...

huwaa, ada dek fatia. sejak kapan? *malu nih

Posting Komentar