Pages

Kamis, 12 Januari 2012

Behind the Story of IELSP Scholarship (Part#2)

" ketika tujuan ada nun jauh di depan, ingatlah bahwa akan banyak rintangan yang harus kau hadapi terlebih dahulu..."

lama tidak menulis, lantaran sedang UAS plus tidak punya sarana (notebook kesayangan sedang sakit). namun ingin sekali menulis, meskipun di warnet. ^^

lanjuut,

jika sebelumnya melaksanakan tes TOEFL ITP, hal yang saya lakukan adalah memenuhi salah satu  syarat pendaftaran IELSP Scholarship yaitu mendapatkan surat rekomendasi dari dosen. mengingat deadline pengumpulan berkas yang semakin mendekat, dan juga UTS yang sudah di depan mata, maka saat itu juga saya cari dosen yang dimaksud : dosen bahasa inggris saya dulu semasa semester 1. di persyaratan disebutkan bahwa surat rekomendasi diutamakan dari dosen bahasa inggris yang pernah mengajar kita saat kuliah. beliau adalah Miss Emi, dosen bahasa Fakultas Ilmu Budaya (FIB). gampang saja mencari kantor beliau, saya tinggal tanya teman sekontrakan yang juga mahasiswi FIB. pertama saya berkunjung ke kantor beliau, beliau tidak mengingat saya lagi karena maklum sudah 2 tahun lamanya sejak saya mengikuti kelas bahasa inggris beliau. saya utarakan maksud kedatangan saya, dan alhamdulillahnya Miss Emi sangat welcome dan dengan senang hati bersedia membuatkan surat rekomendasi untuk saya.


segera saya keluarkan lampiran surat rekomendasi yang ada di formulir pendaftaran, dan satu amplop putih karena pihak panitia meminta agar setelah dosen menuliskan surat rekomendasi, surat tersebut langsung dimasukkan ke dalam amplop dan dikembalikan ke applicant. kemudian beliau memberikan nomor HP beliau. saya ingat betul bahwa hari itu adalah hari Jumat dan saya diminta kembali lagi ke kantor beliau untuk mengambil surat rekomendasi pada hari Senin. senang dan mengucap syukur berkali-kali karena langkah awal mencari surat rekomendasi tidak mengalami hambatan. 

saya berfikir, jika di persyaratan tertulis bahwa minimal satu surat rekomendasi dan diutamakan dari dosen bahasa inggris sudah terpenuhi, lantas mengapa saya tidak menambah lagi? saya cari lagi surat rekomendasi. awalnya saya merencanakan 4 surat rekomendasi, 1 dari Miss Emi, dan 3 lainnya dari professor dan dosen saya di statistika Universitas Brawijaya. ah, pasti mantap. langsung saya menghubungi 2 professor hari itu : Prof. Waego dan Prof. Loekito, satunya Bu Bernadetha. mengapa saya memilih beliau-beliau? karena yang pertama, beliau-beliau pernah mengajar saya sampai semester 5 dan yang kedua karena background pendidikan beliau yang meraih gelar doktor di Australia sehingga pas jika saya meminta surat rekomendasi mengenai program beasiswa luar negeri ini, di samping ketentuan bahwa surat rekomendasi haruslah berbahasa inggris.

pertama saya menemui Prof. Waego terlebih dahulu, karena kebetulan Senin ada kelas beliau. segera setelah mata kuliah Teknik Sampling&Survai berakhir, saya kejar beliau. dan saya utarakan maksud saya untuk meminta surat rekomendasi dari beliau. subhanallah sekali, tanpa panjang lebar saya menjelaskan, Prof. Waego langsung meminta surat rekomendasi yang harus beliau isi. dan esok harinya saya harus menyerahkan beberapa poin tentang diri saya agar memudahkan beliau dalam menulis surat rekomendasi. alhamdulillah, dua dari 4 selesai.

kemudian ke Prof. Loekito, saya diharapkan menemui di rumah beliau. jadilah sore-sore setengah gerimis saya ke rumah beliau di jalan Galunggung, dengan diantar sahabat saya Dinda. sesampainya disana, seperti sebelum-sebelumnya saya utarakan maksud saya. namun...tidak seperti Miss Emi dan Prof. Waego yang langsung meng-iya-kan, Prof. Loekito tidak bisa jika langsung membuatkan surat begitu saja. apalagi, dalam surat rekomendasi tersebut, beliau harus menjabarkan kemampuan saya dalam berbahasa inggris. oleh karenanya saya harus mengikuti semacam kursus "conversation" di lembaga kursus yang beliau bawahi. sebelumnya saya juga harus ikut tes TOEFL di lembaga yang sama agar kemampuan bahasa inggris saya secara komprehensif bisa beliau ukur. meski saya rasa sedikit berat karena saya harus UTS minggu-minggu itu, namun alhamdulillahnya yang TOEFL gratis. ^^

lengkap sudah 1 minggu itu. UTS, tes TOEFL 2 kali : ITP dan yang di lembaga kursus Prof. Loekito, serta kursus "conversation" saya di lembaga yang sama. ah, perlukah mengeluh?? mengeluh hanya untuk mental penakut. ^^ dan, ketika  saya mantap mendaftar program ini, bukankah saya sudah harus tahu bahwa akan banyak rintangan yang ada? solusinya cuma 1 : tetap pintar membagi waktu. antara belajar, mengurus berkas-berkas beasiswa, dan beribadah pada Allah swt. semua harus terkalkulasi dengan cermat dan efektif, biar semua selesai tepat waktu dan hasilnya maksimal.

dan... terbukti, 3 surat rekomendasi berhasil saya kantongi seminggu setelahnya. kemudian bersiap ke step selanjutnya... (*setelah tes ITP).

To be continued .                                       



0 komentar:

Posting Komentar