Pages

Minggu, 19 Desember 2010

Big Threat !

tergoda untuk menulis topik ini, karena dialog ringan di kamar kontrakan dengan mbak2 lain. rame. 
"muktamar tadi yang undang2 pacaran, mesti wes berlangsung seru" 
pacaran ? saya jadi teringat satu, dua, atau tiga hal. bahkan lebih.
teman, siapa diantara kalian yang pernah merasakan atau melakukannya? (cukup kalian jawab dalam hati, dan pelan saja jawabnya yaa ^_^)
***
pacaran, istilah keren jaman sekarang. saya jadi teringat beberapa waktu lalu. ummi marah2, karena melihat HP adik saya yang isi sms nya tentang pacaran2 begitu. Astaghfirullah, padahal baru 13 tahun adik saya itu. saya sebenarnya marah, tapi saya tidak bisa menyalahkan 100%. remaja yang masih usia belasan, dengan fasilitas HP,  bisa akses internet di warnet dg mudah (lantaran tarifnya yang murah), semua berpeluang untuk membuat dik Ainul terjerumus ke dalamnya. saya menghela nafas. teman, tahukah kalian seberapa jauh pengaruh kecanggihan teknologi merasuki remaja Indonesia? saya buat sampel kecil saja. di tempat tinggal saya, kebetulan saya pernah mengikuti lomba menulis artikel yang mana temanya tentang (maaf) pengaruh seks bebas di kalangan pelajar. jangan tutup telinga tentang ini, teman. hal ini ada di sekitar kita, dan demi ALLAH jangan bersikap acuh pada hal tersebut. janganlah kemudian karena kita 'aman2 saja' berada di lingkungan sekarang, kemudian kita tidak mengambil tindakan terhadap masalah yang mengancam moralitas bangsa ini. minimal kita turut prihatin. mungkin saya bukanlah orang yang tepat untuk menuliskan ini, namun saya merasa hal ini perlu disampaikan. 
artikel itu menuntut saya melakukan pengamatan singkat, studi referensi dari internet, majalah, buku2 psikologi. saya tercengang saat membaca salah satu artikel majalah muslimah. artikel tersebut memuat hasil survei yang dilaksanakan oleh beberapa lembaga peduli masyarakat. bahwa di tahun 2008, tercatat bahwa lebih dari 50% remaja indonesia pernah melihat gambar porno. bahkan sering membuka situs porno di internet. miris rasanya. karena remaja yang dimaksud adalah sebagian besar siswa SD kelas 4 ke atas. ah, saya tidak percaya.
suatu ketika saya pergi ke warnet, ingin mencari bahan tugas. lantaran komputer yang saya pakai sedikit eror, saya diminta pindah ke komputer sebelah. tiga anak SD kira2 kelas 3-4 SD, baru saja keluar dari komputer yang akan saya tempati itu. baru saja saya duduk. tangan saya gemetar memegang mouse. layar di hadapan saya itu, terpampang situs porno yang ternyata lupa tidak di close oleh tiga adik2 tadi. antara percaya dan tidak percaya. teman, ini serius. apa kalian tetap saja acuh begitu?
saya akhirnya meng-iya-kan artikel itu. fakta lain, bahwa remaja yang sering melihat situs porno tsb cenderung melakukan tindakan asusila. seharusnya masa anak-anak di isi dengan yang namanya bermain, canda tawa, bukan dengan yang satu ini teman! taukah teman? bahwa salah satu anak SD kelas 5, tiba2 mempertontonkan  (maaf) alat kelaminnya ke teman2 sekelasnya. setelah ditanya, ternyata si anak tersebut sering meng-akses situs porno tanpa sepengetahuan orang tuanya. meski bahasn pertama adalah tentang pacaran, tapi saya alihkan pembahasannya ke pengaruh situs porno di kalangan remaja Indonesia. tak ape kan?(jika ada yang kurang nyaman membacanya, monggo jangan diteruskan..^_^).
kira2 apa yang salah ya, teman?
apakah pola fikir yang terlanjur terisi porno2 semua, ataukah lingkungan yang menkondisikannya seperti itu?
akhirnya saya membuat konklusi di artikel saya, bahwa kesalahan terbanyak ada di orang tua. pengawasan, pendidikan moral dan agama lah yang benar2 payah. kebanyakan mereka sibuk dengan kerja, sehingga anak2 mereka ke warnet mereka tidak peduli. benar2 pengawasan yang buruk. di samping itu, pegangan (pondasi) moral dan agama yang kurang bahkan bisa dikatakan buruk. orang tua lebih suka mengirim anak mereka ke les privat, les tari, les bahasa inggris, les komputer, dan sebagainya. TPQ di pesantren dekat rumah saya saja semakin tahun semakin sepi peminat. anak2 disana megisi waktu luang mereka dengan pergi ke warnet. pertama mungkin untuk nge-game. tapi lema2..? siapa yang bisa memastikan bahwa mereka selamat dari yang namanya situs porno?
adakah yang tidak setuju dengan pendapat saya diatas?
ternyata artikel saya masuk finalis 20 besar. dimana para finalis diminta mempresentasikan artikelnya di hadapan 3 juri, yang ketiganya adalah guru besar, dosen, dan ustad (karena yang menyelenggarakan adalah univ islam swasta di daerah saya). enggan untuk mempresentasikan sempat terselip di hati saya. bismillah...presentasi lancar walau beberapa kali tergagap. juri2 keheranan, karena akhir artikel saya yang sepenuhnya menyalahkan orangtua. bukankah iya? ketika anak2 sudah dibimbing dengan baik dan benar terutama di agamanya, pasti ketika si anak sudah terjun di lingkungan yang negatif, akan ada semisal "antibodi" tersendiri dalam dirinya. berapapun berbelok, mereka akan tahu kemana harus berjalan lagi memperbaiki diri. 
mungkin, saya juga sependapat kalo kemudian ada yang menganggap pengaruh lingkungan lah yang patut dipersalahkan. saya sepakat juga, namun tetap yang pertama yang perlu dikoreksi adalah orangtuanya. lalu bagaimana dengan yang dari kecil sudah yatim piatu? di sinilah saya baru setuju bahwa lingkunganlah penyebab utama. 

***

teman saya mengharapkan ada solusi. ada pemikiran, jangan berpikiran bahwa ini bukan masalah kita. langkah yang paling tepat adalah memperbaikinya secara tidak langsun dan langsung. yaitu...dengan menciptakan keluarga Islami. dimulai dari tiap individu. kalau ingin berkontibusi langsung, bergabunglah dengan lembaga peduli masyarakat, yang secara langsung terjun ke adik2 kita. cari info tentang bagaimana cara bergabungnya, dan ikutlah berbagai penyuluhan (kegiatan) mereka lakukan.
ternyata benar, bahwa perang yang lebih dahsyat yang akan dihadapi umat setelah perang Badar adalah perang melawan hawa nafsu, salah satunya berbentuk seperti masalah di atas. 
"ketika satu orang berfikir bahwa itu bukan masalahku, maka tidak ada lagi istilah sesungguhnya sesama muslim itu bersaudara". 
ayo, saling peduli! 

5 komentar:

Unknown mengatakan...

hedew.. berat nie.. No coment ahh...

Sofyani Wulansari mengatakan...

gpp no comment, yg penting ada action

Anonim mengatakan...

ukh, saya sepakat dengan anti lingkungan sangat berpengaruh, pengaruh teman akan sangat mempengaruhi kepribadian diri sesrorang, terutama teknologi yang semakin menjamur, coba kita perhatikan tayangan televisi bahkan semakin jauh dari batas norma-norma, astaghfirullah.. pun sya sendiri sering terjerumus, ana trus brusaha supaya bsa trhindar dri nafsu yang jelek ini...
semoga actionnya istiqomah

Sofyani Wulansari mengatakan...

amin ukhti hanif (eh, ukh apa akh yaa^^). ini masalah serius ukh, tapi sering kali diabaikan begiru saja. bahkan dianggap biasa2 saja. padahal dampaknya sangat berbahaya. ayo selamatkan para pemuda!

Unknown mengatakan...

gambatte... neva giv up...

Posting Komentar