Pages

Kamis, 20 Oktober 2011

Ujian


postingan ini terinspirasi dari kejadian si A beberapa waktu yang lalu. si A yang ternyata mengulang mata kuliah X bersama adik angkatannya, sedang menjalani kuis mata kuliah X tersebut. suasana kelas hening seketika setelah soal ditentukan oleh sang dosen. si A pun menekuri pekerjaanya. begitu pula yang lain. sesekali hanya terdengar bunyi 'srek' kertas yang dibolak-balik, sesekali pula terdengar suara kocokan type-x, sesekali juga terdengar suara tuts angka kalkulator yang dipencet agak kasar. 
semua tidak berani gaduh atau mencontek. kenapa? coba saja, dan kau akan dikeluarkan plus sebelumnya dirobek kertas jawabanmu. karena sang dosen terkenal sedikit 'tegas'.

si A  : (aman...aman...semua akan diam dan konsentrasiku bisa full 100%. lancar...bismillah)

tiba-tiba sebelah kanan si A (si B) setengah berbisik, hampir seperti tidak berbicara.
si B  : mbak, soal yang ini pakai rumus apa?
si A  : (melambaikan tangan, tersenyum). maaf dek, ini kuis.

mendapat jawaban seperti itu, si B sepertinya kesal. dia kemudian memilih untuk berdiskusi dengan dua teman sebelah kanannya. 
berkuranglah konsentrasi si A.
tak lama setelahnya, sebelah kiri si A (si C) secara terang-terangan menanyakan :

si C  : mbak, ini pake uji ini kan?
si A  : (apa daya, si C adalah satu-satunya adik angkatan yg menjadi teman dekat di kelas 'mengulang' itu). iya kayaknya, dek. (hemmm, menarik nafas panjang)

setelah jawaban singkat dan tidak bersemangat plus bikin jengkel itu, akhirnya si A dapat dengan tanpa hambatan menuangkan jawabannya di kertas. sesekali dia berhenti menghitung angka-angka, sesekali dia menyangga dagu lantaran bingung dengan jawabannya, sesekali juga mencoret-coret jawabannya karena salah total. 
tapi setelah kuis mata kuliah X, hari berikutnya ketika di kelas itu lagi, si A jadi seperti dia saat pertama datang : asing. kemungkinan besar hanya pikirannya saja. buktinya masih ada yang mau menjawab obrolannya, yaah meskipun si A tidak lagi duduk di barisan paling depan, karena ternyata duduk di barisan tengah oke juga. bisa leluasa lihat depan dan belakang.
saat hasil kuis dibagi, dan ternyata nilai si A sendiri tidak mencapai angka 80. cukup dengan 78, Allah menetapkan itu porsi yang pas untuknya. tapi Alhamdulillah, karena sewaktu dulu, paling bagus dia hanya mendapat angka 50. tapi tahukah kalian? angka 78 itu mewakili perasaan bahagia, karena hasil mengerjakan sendiri. dan tahukah kalian? bahwa percaya pada kemampuan sendiri adalah jauh lebih berarti..







1 komentar:

Anonim mengatakan...

manggut-manggut..tanda setuju..

tetap menginspirasi mbak..!
salam,

Posting Komentar