Pernah menjumpai orang yang mengaku secara terang-terangan tidak punya agama? Sebelumnya, maafkan saya karena membuat postingan yang rawan protes (menyangkut SARA, mungkin). Namun negara Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila dimana sila pertama mengakui adanya Tuhan. Dan semasa saya kecil, ada lima agama yang diakui di negara ini. Sekarang sepertinya nambah satu, I don't really sure. Pun jua ketika di KTP, selalu ditanyakan: agama nya apa? Masa' mau bilang, atheis. Bahkan setahu saya, mereka-mereka yang atheis pun tetap mencantumkan satu agama di KTP nya. It's so funny!
Ketika saya melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa kecil di salah satu kecamatan di kabupaten dekat Kabupaten Malang (susahnya menjaga agar nama desa ini tidak saya tuliskan), koordinator desa di kelompok saya waktu itu menyampaikan bahwa ada tiga agama di desa yang akan jadi tempat KKN kita nantinya yaitu: Islam, Kristen, dan aliran kebathinan. What the hew??? The third one, riddiculous thing. Konon katanya, orang-orang yang memiliki keyakinan ini, suatu ketika akan pergi ke kaki gunung atau tempat sakral lainnya untuk melakukan semedi. Di Jawa, dimana hal-hal seperti ini, semedi untuk mendapat keberkahan (katanya) adalah hal yang lumrah. Everyone believes that. Astaghfirullah...
Oke, mari tinggalkan aliran kebathinan. Beralih ke atheis. Saya beberapa kali menemui tipikal orang seperti ini ketika di Amerika. Dua yang saya temui, atau mungkin tiga, yang dengan senang hati mengaku bahwa mereka tidak punya agama. Mereka membuat pengakuan ini ketika saya mengundangnya ke dining hall. Kami mendapat jatah makan disana 14 kali seminggu namun selama kami disana, kami mendapat jatah guess meal sebanyak 20 kali. Rugi jika tidak dihabiskan (walaupun ketika saya pulang, saya masih menyisakan sekitar 4 jatah guess meal dimana per meal setara dengan $11), maka saya mengundang dua teman yang berasal dari sebuah negara di Asia.
Selama sesi sarapan yang berlangsung cukup yah. cukup lancar karena beberapa kali mereka berdua justeru asik ngobrol dengan bahasa mereka sendiri yang saya tidak mengerti sama sekali. Beberapa kali saya berkata, What's going on? Dan mereka kemudian baru saling bercerita bahwa sedang berbicara masalah ini itu. Oh, bisakah pakai Bahasa Inggris saja? -_- Baiklah, kemudian mereka bertanya: Sofey (padahal pengucapan yang benar adalah Sofy), why you always wear that clothes? Maksud mereka, mengapa pakai baju yang menutup hampir seluruh badan. Ah, saya akhirnya bercerita lagi. Karena ini masalah agama, dan saya senang memakainya. tak bisa saya pungkiri, banyak yang tertarik dengan apa yang saya kenakan. Kebanyakan dari bule-bule itu malah mengira saya berasal dari negara Arab, bukan dari Indonesia.
Mereka paham, setelah saya jelaskan tentang alasan memakai baju seperti ini. Dan yang bikin saya tersedak dari makan saya, secara bersamaan (seolah ada kodenya), mereka berseru. "You know what? We have no religion!". Uhuk! Saya setengah memuntahkan apa yang saya minum. Bukan karena kata-kata no religion, tapi bagaimana bisa mereka mengucapkannya dengan wajah berseri-seri seolah mendapat pengumuman bahwa mereka menjadi nominasi Miss Universe? Saya coba untuk tetap tenang, dan bertanya lagi. "Why it happens?" Mereka beranggapan, bahwa memiliki agama bukanlah sebuah hal penting di hidup mereka. Agama memiliki banyak aturan yang membuat hidup mereka menjadi tidak bebas. Mereka menginginkan kebebasan yang hakiki dengan tanpa diikat oleh agama apapun. Kalau pendapat saya pribadi, ketika menjalani hidup tanpa aturan berarti bukan kebebasan namun masuk ke dalam lubang gelap dimana semua akan hampa dan tidak ada tujuan sama sekali. Semua terserah kita, semua apa mau kita. Then what?
Silakan direnungi, hidup tak hanya sekedar apa yang kita mau namun apa yang harus kita lakukan menurut apa yang kita yakini. Agama sebagai pedoman hidup, jangan sampai hidup yang hanya sekali ini tidak memiliki arah dan tujuan. Wallahua'lam bi showab.
Ketika saya melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa kecil di salah satu kecamatan di kabupaten dekat Kabupaten Malang (susahnya menjaga agar nama desa ini tidak saya tuliskan), koordinator desa di kelompok saya waktu itu menyampaikan bahwa ada tiga agama di desa yang akan jadi tempat KKN kita nantinya yaitu: Islam, Kristen, dan aliran kebathinan. What the hew??? The third one, riddiculous thing. Konon katanya, orang-orang yang memiliki keyakinan ini, suatu ketika akan pergi ke kaki gunung atau tempat sakral lainnya untuk melakukan semedi. Di Jawa, dimana hal-hal seperti ini, semedi untuk mendapat keberkahan (katanya) adalah hal yang lumrah. Everyone believes that. Astaghfirullah...
Oke, mari tinggalkan aliran kebathinan. Beralih ke atheis. Saya beberapa kali menemui tipikal orang seperti ini ketika di Amerika. Dua yang saya temui, atau mungkin tiga, yang dengan senang hati mengaku bahwa mereka tidak punya agama. Mereka membuat pengakuan ini ketika saya mengundangnya ke dining hall. Kami mendapat jatah makan disana 14 kali seminggu namun selama kami disana, kami mendapat jatah guess meal sebanyak 20 kali. Rugi jika tidak dihabiskan (walaupun ketika saya pulang, saya masih menyisakan sekitar 4 jatah guess meal dimana per meal setara dengan $11), maka saya mengundang dua teman yang berasal dari sebuah negara di Asia.
Selama sesi sarapan yang berlangsung cukup yah. cukup lancar karena beberapa kali mereka berdua justeru asik ngobrol dengan bahasa mereka sendiri yang saya tidak mengerti sama sekali. Beberapa kali saya berkata, What's going on? Dan mereka kemudian baru saling bercerita bahwa sedang berbicara masalah ini itu. Oh, bisakah pakai Bahasa Inggris saja? -_- Baiklah, kemudian mereka bertanya: Sofey (padahal pengucapan yang benar adalah Sofy), why you always wear that clothes? Maksud mereka, mengapa pakai baju yang menutup hampir seluruh badan. Ah, saya akhirnya bercerita lagi. Karena ini masalah agama, dan saya senang memakainya. tak bisa saya pungkiri, banyak yang tertarik dengan apa yang saya kenakan. Kebanyakan dari bule-bule itu malah mengira saya berasal dari negara Arab, bukan dari Indonesia.
Mereka paham, setelah saya jelaskan tentang alasan memakai baju seperti ini. Dan yang bikin saya tersedak dari makan saya, secara bersamaan (seolah ada kodenya), mereka berseru. "You know what? We have no religion!". Uhuk! Saya setengah memuntahkan apa yang saya minum. Bukan karena kata-kata no religion, tapi bagaimana bisa mereka mengucapkannya dengan wajah berseri-seri seolah mendapat pengumuman bahwa mereka menjadi nominasi Miss Universe? Saya coba untuk tetap tenang, dan bertanya lagi. "Why it happens?" Mereka beranggapan, bahwa memiliki agama bukanlah sebuah hal penting di hidup mereka. Agama memiliki banyak aturan yang membuat hidup mereka menjadi tidak bebas. Mereka menginginkan kebebasan yang hakiki dengan tanpa diikat oleh agama apapun. Kalau pendapat saya pribadi, ketika menjalani hidup tanpa aturan berarti bukan kebebasan namun masuk ke dalam lubang gelap dimana semua akan hampa dan tidak ada tujuan sama sekali. Semua terserah kita, semua apa mau kita. Then what?
Silakan direnungi, hidup tak hanya sekedar apa yang kita mau namun apa yang harus kita lakukan menurut apa yang kita yakini. Agama sebagai pedoman hidup, jangan sampai hidup yang hanya sekali ini tidak memiliki arah dan tujuan. Wallahua'lam bi showab.
0 komentar:
Posting Komentar