sedari kecil orangtua saya tidak pernah mendidik anak-anaknya untuk manja. kami ber-3 dilarang untuk mengaduh untuk sesuatu yang memang menyakitkan. karena tidak ada gunanya, dan karena hal menyakitkan ini nampaknya akan selalu kami temui di kehidupan kami.
berangkat dari sistem didikan yang sedikit keras, membuat saya seakan tidak peka terhadap hal yang sensitif. cenderung otoriter, dan tidak respect terhadap yang lain (curhat.com). orangtua hanya mengarahkan saya untuk kemudian tidak cengeng akan hal-hal yang sebenarnya sepele dan mudah saja mengatasinya. dan terhadap hal-hal yang sepele itu, saya dilarang mengeluh.
seringkali, ketika saya masih duduk di bangku taman kanak-kanak, saya menangis karena tutup botol air minum saya tidak rapat sehingga isinya tumpah (sedikit). kebetulan sekali watak keras kepala saya kontras dengan sistem didikan orangtua. karenanya, semakin saya menangis, semakin keras ibu memukul saya. saya yang tidak mau kalah (karena merasa tindakan menangis saat itu adalah yang terbaik sebagai bentuk protes), melawan ibu yang (juga) merasa bahwa tidak sepantasnya hal se-remeh itu di-tangisi.
kemudian kepribadian ini terbentuk. keras kepala, tidak mau tahu yang dirasa tidak penting, dan risih melihat lainnya mengeluh. untuk poin terakhir, saya baru rasakan beberapa hari ini. ketika mengikuti sebuah pelatihan, dan melihat yang lain kesusahan mengangkat barang kelompok kami. saya sudah tawarkan diri untuk menggantikannya membawa barang itu, namun ditolak oleh mereka. katanya nanti saja. oke, saya melanjutkan jalan kaki. dan...serentetan keluhan terdengar di belakang saya. bukannya saya kejam sehingga tidak merasa prihatin pada mereka. hanya saja, saya risih melihat lainnya mengeluh.
mungkin karena ini juga saya seringkali terlihat menakutkan karena muka saya terlalu serius, padahal saya suka guyon.
sesungguhnya saya tidak mau di cap sebagai orang yang individualis, saya berusaha senormal mungkin.