"Allah selalu tahu apa yang engkau inginkan. dan Dia akan mengabulkan keinginanmu itu, jika semuanya kau minta dengan sangat jelas"
kira-kira waktu itu saya berusia 12 tahun, baru saja menamatkan sekolah dasar (SD). selepas SD, saya sudah mempunyai SMP idaman. SMP terfavorit di kabupaten saya. SMPN 1. tempat banyak siswa pintar, anak orang nomor 1 di kabupaten saya juga sekolah disana. dan meskipun pejabatnya ganti orang, sepertinya sudah tradisi anak-anaknya bersekolah disana. semua siswa tamatan SD di seluruh kabupaten berebut masuk SMP ini. bahkan, dari kabupaten lain pun rela jauh-jauh berebut jatah kursi disini.
persaingan sangat ketat. dan, sudah menjadi rahasia umum jika masuk di SMP ini hanya bisa melewati satu jalan yakni tes masuk. jadi, NUN tidak punya kuasa apa-apa. NUN saya juga tiada berharga. akhirnya saya niatkan menembus tes masuk SMPN 1 yang terkenal sulit itu. sebulan penuh saya mogok bermain. hanya buku kumpulan soal-soal IPA&IPS yang menjadi fokus saya. selain itu, RPUL&RPAL juga saya pelajari. karena tes masuk ini sangat kompleks terdiri dari beberapa mata pelajaran yaitu matematika, bhs Indonesia, IPA, IPS, dan pengetahuan umum. aneh juga anak masih kecil kemana-mana bawa buku soal-soal, sampai di acara hajatan Bu Dhe saya. (curhat.com)
orangtua 100% mendukung keinginan saya untuk masuk di SMP itu, karena kakak perempuan saya juga bersekolah disana. dengan harapan nantinya bisa menghemat buku pelajaran (bisa pakai punya kakak) atau bisa pakai seragam batik (masih: punya kakak), yang wajib dimiliki tiap instansi di kabupaten saya, termasuk instansi pendidikan dan tiap sekolah punya batik tersendiri.
dan, saat tes masuk pun tiba. sedikit malu saya menceritakannya, waktu itu karena tidak mempunyai papan alas menulis dan tidak mampu membelinya, saya memakai kaca berukuran persegi panjang karena dalam peraturan tes masuk, diperbolehkan memakai kalau tidak papan alas ya kaca. kaca ini tajam di sudut-sudutnya oleh karena itu saya lapisi dengan isolasi bening. dan dibungkus koran karena saking takutnya pecah ditengah jalan. (hehe). pensil 2B, penghapus 2B, rautan, siap. bersama teman-teman SD, kami menaiki onthel. jarak antara desa kami dengan SMP itu hanya sekitar 2 km. bersama, berbaris satu-satu memanjang ke belakang, saya dan teman-teman menyusuri tepian jalan raya. tersemyum sekaligus was-was. takut akan soal-soal yang sulit, dan segala macam gejala demam panggung lainnya.
sesampainya disana, kami menuju ruangan tes masing-masing. kebetulan kami terpisah, tidak ada yang satu ruang. saya ingat betul, saat itu saya menempati ruang kelas gaya rumah panggung peninggalan sekolah jaman Belanda. ruangan yang cukup unik, hanya kayu dimana-mana tidak ada tembok namun terkesan istimewa.
saya duduk di 2 bangku terakhir paling sudut. sekitar 2 jam saya berjibaku dengan soal-soal tes masuk. belum ada kesulitan, pikir saya. karena sepertinya soal-soal ini sudah pernah saya kerjakan sebelumnya. ya! persis sama dengan kumpulan soal-soal yang saya pelajari selama sebulan itu. angka-angkanya pun sama (untuk soal matematika). sehingga ketika satu kata di awal pertanyaan terbaca, seketika juga jawaban sudah saya ingat lengkap dengan rumus-rumusnya. Allah mempermudah langkah saya.. ^^
saya masih ingat, gadis kecil hitam manis yang tepat duduk di belakang saya waktu tes masuk itu. meski tidak bertemu di SMP, kita menjadi teman saat SMA. namun Allah begitu cepat memanggilnya ketika saya kelas XI. semoga engkau diterima dengan baik di sisiNya, Citra.. (amin)
pengumuman terhitung sekitar 2 minggu dari waktu tes masuk. maka tepat 2 minggu setelahnya, saya dan teman-teman beramai-ramai kesana. menurut informasi, akan ada 3 papan besar yang dikeluarkan tepat pukul 10.00. saya yang diantar kakak perempuan saya, berharap cemas. kapan yaa papannya keluar. akhirnya jam 10! dan keluarlah 6 petugas pembawa papan besar bertempelkan kertas nama-nama siswa SMPN 1 tahun ajaran 2002-2003. seluruh orang langsung berlarian mengerubungi petugas yang kepayahan membawa beban berat berupa papan besar itu. baru saja petugas-petugas itu sampai di lapangan utama, semua baik itu wali murid, anak-anak seumuran saya, lari kencang ke arah mereka. kontan mereka kaget, dan sempoyongan menjaga keseimbangan. sampai akhirnya papan besar berhasil ditempelkan di dinding tertentu. ada 3 papan, namun tidak ada celah sedikitpun bagi saya untuk mengintip barang baris bawah saja.
susah payah saya menerobos kerumunan manusia ini. postur tubuh yang kecil, memudahkan saya menyelip di antara mereka. akhirnya sampai juga tepat di depan papan. seharusnya lebih mudah melihat, ternyata dugaan saya salah total. berada di paling depan papan, berarti berada di paling bawah dalam posisi terjepit. tidak bisa bernafas, tidak bisa melihat nama-nama, saya melorot keluar. pengap dan megap-megap kehabisan nafas. sementara kakak perempuan saya entah ada di papan mana.
belum selesai saya menemukan kakak perempuan saya, tiba-tiba terdengar teriakan kencang dari depan saya. "aku diterimooooooo SMP sijiiiiiiiiiii (translet : saya diterima SMP satu)". Oi, siapa pula teriak sebegitu kencangnya. ternyata sepupu perempuan saya yang juga teman SD saya. oalah! bikin kesel aja tuh anak, pikirku. dia dengan wajah girang dan setengah berlari memutari lapangan utama. dasar noraaak (padahal saya cuma iri setengah mati). dia yang kebetulan namanya juga Diyah, menuju ke arah saya. "mbak Yani! keterimo taa??" setengah marah saya jawab : "emboh! (nggak tahu). koen keterimo nomer piro? cepet men olehmu goleki jenengmu. jenengku gak mbok golekno mesisan!" (translet : kamu keterima nomor berapa? cepat ssekali mencari namamu. namaku nggak kamu carikan sekalian). Diyah cuma tertawa, dan berputar lagi di lapangan. ahhhh!
saya berlari ke papan yang Diyah lihat tadi, siapa tahu nama saya ada. saya susuri nama per nama mulai dari yang paling bawah. "kalo di bawah saja nggak ada, alamat nggak bisa menikmati indahnya SMP ini" pikir saya. glek. lama mencari, hasilnya nihil. dari nomor 354 sampai ke atasnya 250an, tidak ada. 250 sampai ke atasnya 150an, tidak ada. sudah berair mata ini, siap-siap tumpah saat itu juga. sambil jinjit-jinjit melihat baris nama atas tiap lembaran pengumuman.
"endi adek? endi?" suara kakak mencari-cari saya terdengar begitu keras dari luar kerumunan. segera saya keluar, kakak tidak jauh beda dengan Diyah. setengah berlarian.
"dek, koen keterimo! iku! iku! nomr enem!" (translet : dek, kamu diterima. itu! itu! nomor enam).
"gak mungkin, mbak!"
"kandhani kok!"
"mosok seh?"
"delok'en dewe tah!"
akhirnya saya diangkat kakak saya melihat nama saya terketik rapih di nomor 6 dari 354 yang diterima dan dari total 1500 peserta yang mendaftar.
ya Rabb, tak terkira bahagia yang Kau beri.. karena jelas ku katakan, aku mau kesana Ya Allah, lewat jalan tes masuk ini, dan aku yakin bisa.. Innallahama'ana.. semoga dapat diambil manfaatnya.. ^^
Pages
Mengenai Saya
- Sofyani Wulansari
- Berharap sedikit kasihNya untuk senantiasa melangkah memperbaiki diri. Just Allah subhanahu wa ta'ala.. and i'm nothing. salam kenal ^^
Most Recommended
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "