jatuh. siapa diantara kalian yang suka bila terjatuh? tentu dalam hal ini, jatuh yang saya maksud adalah jatuh dalam makna sesungguhnya. jatuh, entah itu karena kehilangan keseimbangan atau terpeleset.
ada satu obrolan dengan akhwat sekontrakan yang membuat saya mendapat satu pelajaran berharga.
obrolan ini terjadi sebelum kami berangkat kajian bersama, saya yang beberapa hari lalu sempat terpeleset di kamar mandi (karena kurang hati2) tiba2 teringat salah satu akhwat yang tadi subuh baru saja tertimpa musibah : jatuh, terpeleset juga di kamar mandi.
saya : Bad (panggilan akrab Badriyah), kamu tadi pagi kepeleset dimana? disini? (sambil menunjuk depan kamar mandi)
Badriyah : iya mbak, disitu. waduh sakit.
saya : hm, (menertawakan Badriyah) hhe, hati2 Bad. nah sekarang kamu boleh menertawakanku. kemarin aku juga baru terpeleset di sini. waduh, untung pas kontrakan sepi. hhe
Bad : wah, podo ae la'an mbak. (wah, sama saja kalo begitu mbak)
tiba2 Uud (panggilan akrab Roudhotul) menyela pembicaraan
uud : aku juga pernah loh jatuh disini. pokoknya semua pernah merasakan yang namanya jatuh. kalo nggak gt, bukan warga HS (Himatus Sahidah, nama kontrakan kami) namanya!
deg.
iya ya, bener kata si Uud. pokoknya semua pernah merasakan yang namanya jatuh. entah itu jatuh dalam arti sesungguhnya atau jatuh dalam arti yang lain. pasti kalian juga pernah, kan? saya yakin hampir 99% jawabannya adalah : pernah.
jika disini kita melihat kata "jatuh" dari sisi fisiknya saja, sudah pasti semua mengatakan bahwa jatuh itu sakit. namun berbeda jika kita melihat dari sisi yang lain. sisi optimis seorang hamba Allah subhanahu wa ta'ala. dan ingatlah dalam QS al-Ankabut : 1-3 " alif lam mim. apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan [saja] mengatakan, "kami telah beriman", sementara mereka tidak diuji lagi? dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang jujur dan benar-benar mengetahui orang-orang yang dusta"
Subhanallah! dalam ayat diatas telah disebutkan bahwa orang yang menyatakan beriman sekalipun tidak lepas dari yang namanya diuji. dan salah satu bentuk ujian bisa jadi merupakan "jatuh" tadi. bayangkan kalau kita tidak pernah merasakan apa itu sakit maka tidak mungkin juga kita mau menginstropeksi diri kita. kembali ke peristiwa jatuh tadi. setelah mengalami sakit karena jatuh, kita pasti menyesal kenapa tidak berhati-hati sebelumnya. dan yang paling penting, selanjutnya kita akan lebih waspada dengan daerah tempat jatuh tadi. jangan sampai mengulangi kesalahan berikutnya dengan jatuh di tempat yang sama. atau dengan kata lain, jangan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya apalagi kita sudah tahu akibatnya menyakitkan.