menjelang musim SNMPTN, kembali saya jadi kepikiran dan berandai-andai (padahal berandai-andai itu menyalahi takdir). dan ketika menjelang UAS seperti sekarang ini, saya juga kepikiran. seperti tersengat listrik, saya baru menyadari ternyata satu semester ini saya kurang belajar. selalu saja siklus pikiran seperti ini berulang dari semester ke semester hingga semester 6 ini. tidak lazim, memang. karena seharusnya pikiran itu tertinggal jauh di belakang. seharusnya.
apa yang paling saya sukai? dalam bidang apa saya nantinya bekerja? terlepas dari : karena saya perempuan sehingga memiliki pekerjaan di masa mendatang adalah nomor ke dua, setelah pekerjaan utama yaitu ibu rumah tangga. pernah suatu ketika teman sekelas saya di Statistika (laki-laki), dia bertanya : "ngapain cewek itu susah-susah kuliah? mending di rumah aja, nunggu ada yang ngelamar. toh, nanti mereka bakal di rumah aja ngurus anak. yang kuliah itu harusnya cowok semua, biar enak nih kelas nggak ribet". wah, serasa pengen langsung menendangnya saja saat ditanya seperti itu. tapi saya jawab : "pikiran-pikiran seperti itu adalah pikiran kolot, karena cewek juga berhak menimba ilmu. terlepas nanti mau dikemanakan ilmu itu, itu hak mereka". tapi setelah-setelah itu teman ini sering ngajak diskusi, ternyata dia orangnya berpikiran luas.
dulu, saat SNMPTN 2009 saya mendapatkan beasiswa mengikuti ujian (BMU) dari panitia penyelenggara SNMPTN. sehingga mendapat formulir IPA gratis+uang transportasi 250 ribu. lumayan, pikirku waktu itu. sehingga asal-asalan saya ambil jurusan tanpa pikir panjang. tujuan utama saya adalah STAN yang ujian masuknya diselenggarakan setelah SNMPTN. maka dengan agak malas saya sodorkan formulir SNMPTN yang harus saya isi ke teman saya waktu itu, memintanya untuk memilihkan jurusan apa saja yang penting di Malang. kenapa Malang? karena orangtua pesan kuliah di Malang saja, ada saudara yang berdomisili disana. teman tadi tidak berani mengiyakan permintaan saya, dia bilang bahwa itu adalah masa depan saya jadi harus saya yang menentukan sendiri. saya pilih saja Statistika Universitas Brawijaya di urutan pertama dan Biologi UIN Malang di urutan kedua.
ternyata, jauh setelah saya diterima SNMPTN dan saya sudah menjalankan 4 hari opspek yang melelahkan, pengumuman STAN keluar dan saya tidak lolos. saya sangat bersyukur diterima di kampus ini, karena jika tidak, mau apa saya? tidak diterima dimana-mana alias pengangguran. alasan memilih jurusan Statistika pun didasari dorongan orang tua asuh yang memberi 2 pilihan subjek yang bisa harus saya ambil saat kuliah : Matematika dan Bahasa Inggris. karena gagal di PMDK Pend. Bahasa Inggris maka saya banting setir ke Statistika. tanpa kusadari ternyata Statistika erat sekali dengan Matematika. padahal saat SMA, saya paling tidak bisa Matematika namun orang tua asuh saya selalu mendorong saya untuk bisa di pelajaran tersebut. saya masih ingat, ketika tahun terakhir SMA, saya selalu jadi bulan-bulanan guru Matematika. selalu saya yang ditunjuk ke depan, mengerjakan soal-soal Matematika yang saya tidak bisa (apalagi bab trigonometri) mati kutu sudah. dan selalu juga, teman laki-laki yang waktu itu pandai Matematika (Henis) disuruh maju pula untuk kemudian membanding-bandingkan saya dengan dia (Henis memang pintar, dia peringkat 2 di kelas sedang saya peringkat 1 tapi tidak pandai Matematika). kami sering berseteru, mungkin gengsi yang sama besarnya sehingga seringkali bertengkar. dia sekarang kuliah di Teknik Sipil ITS.
selama 6 semester ini, seringkali saya meratapi ketidakbisaan saya di mata kuliah-mata kuliah Statistika. saya jauh tertinggal dari teman-teman, yang basic Matematika nya bagus. paling maksimum (selama ini) saya mendapat indeks prestasi 3.64 dengan beban kredit 21 sks. bandingkan dengan teman-teman yang indeks prestasi nya diatas 3.8, jauh.. tapi saya tidak menyerah, sisa 1 tahun ini harus saya buat happy ending. keluarga di rumah, mengharapkan saya menjadi orang yang sukses dan menjadi PNS di sebuah instansi (padahal berkali-kali saya jelaskan bahwa saya tidak suka kerja dengan hanya duduk di belakang meja). toh, kalaupun PNS, saya mau nya jadi dosen saja. yah, sisa kurang dari 2 minggu menuju UAS. harus tetap semangat, masih ada harapan untuk mempercantik nilai-nilai di kartu hasil studi nanti.
[bagi yang tidak suka membaca postingan ini, dimohon untuk tidak usah meninggalkan komentar]
3 komentar:
Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
tetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D
Umar Bin Khattab pernah mengatakan bahwa "Ajaklah para wanita itu berdiskusi dalam suatu masalah" artinya wanita juga memiliki hak untuk berpendapat dan memiliki akal fikiran. Saya tidak bersepakat kalau wanita tidak usah menuntut ilmu setinggi-tingginya. Karena menurut saya wanita seharusnya menuntut ilmu setinggi-tingginya, :)
Kak aku mau tanya, tes kesehatan kalau mau masuk STAN itu mencakup tes apa aja? Tolong dijawab ya kak..
Posting Komentar