Pages

Rabu, 30 Mei 2012

Hunian Tarbiyah

pagi sekali, ba'da shubuh Samsung Champ sudah berdering mendendangkan lagu Maher Zain "Allahu Akbar" selama sekitar 10 kali. saya yang sedari habis program kajian ba'da shubuh langsung belanja dan memasak di dapur (lantai 1), tidak mendengar dering itu. sampai ketika teman sekamar saya baru memanggil saya dan mengatakan bahwa ada telepon di handphone saya. seketika buru-buru saya mendaki sembilan anak tangga yang sedikit curam. ini pasti...

dan benar saja, di ujung sana terdengar suara perempuan berusia separuh abad yang dengan nada mengomel yang sangat saya rindukan, pertanda dia juga rindu padaku. dia lah ibu ku, yang lantaran penyakit khawatir berlebihannya kambuh lantas marah-marah karena telepon rutin nya lama tidak saya angkat (setiap jam 5 pagi ibu selalu menelepon saya, hanya untuk memastikan bahwa saya baik-baik saja). padahal sudah berulang kali saya jelaskan, bahwa rabu pagi adalah jadwal piket masak saya di kontrakan ini (hunian tarbiyah, Himatusy Syahidah).

Himatusy Syahidah (yang disingkat HS) merupakan satu dari sekian hunian tarbiyah (bahasa gampangnya : kontrakan akhwat) yang ada di kompleks kampus UB yaitu sekitar daerah Kerto. dinamakan daerah Kerto, karena nama jalan disini semuanya berawalan Kerto : ada Kerto Pamuji, Kerto Leksono, Kerto Sentono, Kerto Asri, Kerto Sari, dan Kerto-Kerto lainnya. HS beralamatkan di Jalan Kerto Leksono nomor 10A Kelurahan Ketawanggede Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang. (ayo ayo parcel nya mampir #lhoh)

Senin, 28 Mei 2012

Random Entri

menjelang musim SNMPTN, kembali saya jadi kepikiran dan berandai-andai (padahal berandai-andai itu menyalahi takdir). dan ketika menjelang UAS seperti sekarang ini, saya juga kepikiran. seperti tersengat listrik, saya baru menyadari ternyata satu semester ini saya kurang belajar. selalu saja siklus pikiran seperti ini berulang dari semester ke semester hingga semester 6 ini. tidak lazim, memang. karena seharusnya pikiran itu tertinggal jauh di belakang. seharusnya.

apa yang paling saya sukai? dalam bidang apa saya nantinya bekerja? terlepas dari : karena saya perempuan sehingga memiliki pekerjaan di masa mendatang adalah nomor ke dua, setelah pekerjaan utama yaitu ibu rumah tangga. pernah suatu ketika teman sekelas saya di Statistika (laki-laki), dia bertanya : "ngapain cewek itu susah-susah kuliah? mending di rumah aja, nunggu ada yang ngelamar. toh, nanti mereka bakal di rumah aja ngurus anak. yang kuliah itu harusnya cowok semua, biar enak nih kelas nggak ribet". wah, serasa pengen langsung menendangnya saja saat ditanya seperti itu. tapi saya jawab : "pikiran-pikiran seperti itu adalah pikiran kolot, karena cewek juga berhak menimba ilmu. terlepas nanti mau dikemanakan ilmu itu, itu hak mereka". tapi setelah-setelah itu teman ini sering ngajak diskusi, ternyata dia orangnya berpikiran luas.

Selasa, 22 Mei 2012

Resep Baso Ikan


berawal dari sebuah kekaguman kepada ibu yang entah mengapa masakannya selalu "memukau" lidah saya (^^). bahkan, sampai merantau hampir tiga tahun pun saya belum menemukan tempat/warung makan yang setelah saya makan, menimbulkan rasa kangen untuk mencobanya lagi. dari sinilah, saya kemudian berfikir bahwa seorang wanita sejati itu harus bisa memasak. bayangkan kalau seorang ibu tidak bisa memasak sama sekali, memangnya mau beli makanan jadi terus? kan, kita tidak bisa jamin kehalalan dan kethoyyibannya (halah, apa aja ini).  ^^


nah, dari sekian resep yang pernah saya lihat pembuatannya (karena saya tipikal orang yang hanya bisa memasak sebuah resep setelah tahu/pernah melihat sendiri cara pembuatannya), kemarin saya coba praktekkan resep membuat baso. tapi bukan berbahan dasar daging, namun ikan. dan ikannya pun bukan ikan tengiri (yang rasa dan harganya terkenal mantap itu), melainkan ikan lele. walaupun, mitos orang Lamongan itu kalau makan ikan lele bisa gatal-gatal (saya termasuk yang tidak mempercayainya), saya yakin saja itu ikan bisa jadi baso yang rasanya enak dan amis ikannya tidak terasa. ide baso ikan lele ini berasal dari teman saya di fakultas perikanan, dan sebenarnya acara memasak baso ikan lele ini dikarenakan tuntutan pameran pendidikan di kabupaten Lamongan. jadi kami para penerima beasiswa dari bupati, diwajibkan mempresentasikan sebuah produk kreatif. alasan dipilihnya ikan lele sendiri, karena ikon kabupaten Lamongan adalah ikan bandeng dan ikan lele. kalau ikan bandeng, kita mungkin kesusahan di bagian memisahkan duri dari dagingnya. sebenarnya bisa menggunakan cara dipukul seluruh badan ikan sampai daging dan duri remuk kemudian baru dikeluarkan dan dipisah durinya satu per satu (susah bukan). sedangkan ikan lele tidak memiliki duri di dagingnya.